Selasa, 09 November 2010

Dampak Postive dan Negative Teknologi

Dampak Positif Teknologi Digital
Teknologi informasi adalah bagian dari media yang digunakan untuk menyampaikan pesan ilmu pada orang banyak, mulai dari teknologi percetakan beberapa abad yang lalu, seperti buku yang dicetak, hingga media telekomunikasi seperti, suara yang direkam pada kaset, video, televisi, dan CD. Perkembangan teknologi informasi saat ini, Internet, mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Layanan online dalam pendidikan pada dasarnya adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi pengguna (mahasiswa) dengan menggunakan internet sebagai media. Layanan online ini dapat terdiri dari berbagai tahapan dari proses program pendidikan seperti : pendaftaran, test masuk, pembayaran, perkuliahan, penugasan kasus, pembahasan kasus, ujian, penilaian, diskusi, pengumuman, dll. Pendidikan jarak jauh dapat memanfaatkan teknologi internet secara maksimal, dapat memberikan efektifitas dalam hal waktu, tempat dan bahkan meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk r(waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk  dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara diatas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa.
Ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administratif juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online. Pendidikan jarak jauh secara online mengatasi keterbatasan yang ada pada jenis-jenis pendidikan jarak jauh yang lain (yang sebenarnya juga sudah sarat teknologi), yaitu pendidikan jarak jauh dengan satelit serta teknologi televisi. Pada kedua teknologi di atas, mahasiswa masih harus berjalan ke fasilitas-fasilitas pendidikannya; sedangkan peralatannya bersifat khusus dan mahal. Kini dengan pendidikan online lewat internet, mahasiswa dapat belajar sendiri dari rumah dengan peralatan komputer sendiri.
Para ahli sepakat bahwa belajar melalui televisi dan film (audio visual) lebih berhasil ketimbang belajar melalui radio (audio). Sebab, dengan televisi atau film kesan yang dihasilkannya lebih “dalam” lantaran ia masuk melalui kedua sensor channel (mata dan telinga). Media teknologi komunikasi ini rupanya telah meluas dipakai di pelbagai sekolah tidak hanya di kota-kota besar akan tetapi juga di daerah-daerah. Model pembelajaran yang dipilih  atau)
Dampak Negatif Teknologi Komunikasi
Aplikasi dari perkembangan teknologi komunikasi salah satunya adalah ditemukannya televisi, radio, internet, hp dll. Tidak selamanya teknologi komunikasi memiliki dampak yang positif dalam kehidupan. Tidak ada penemu yang berani menjamin bahwa penemuannya tidak akan menimbulkan dampak yang negatif. Apalagi sesuatu hal yang berhubungan dengan kebebasan dan keterbukan. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi, dapat dipastikan semakin kecil jarak ruang dan waktu.
Salah satu obyek yang akan terpengaruh dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi adalah anak-anak. Semua hal kemajuan teknologi komunikasi sudah pasti sangat berpengaruh pada kehidupan anak-anak. Anak-anak merupakan penerus bangsa yang sudah pasti harus kita didik dengan baik. Selain itu mereka harus dikontrol oleh orang tua saat berinteraksi dengan teknologi komunikasi. Jangan sampai mereka terpengaruh atau tergiur dengan hal-hal negatif yang ditimbulkan dari teknologi tersebut. Anak-anak juga harus dibatasi saat menonton TV dan mendengar radio, jangan sampai mereka ketagihan dan melupakan pendidikan.
Selain itu anak-anak juga jangan terlalu dibebaskan dalam mengakses internet. Dengan adanya internet, keterbukaan dan kebebasan menjadi hal yang biasa. Apapun dapat diakses dengan mudah melalui internet. Memang tidak semua teknologi komuniaksi menimbulkan dampak yang positif. Teknologi komunikasi juga dapat menyebabkan kebebasan yang kebablasan bila digunakan secara berlebihan.
Dampak Negatif Pada Pendidikan
Perkembangan baru teknologi komunikasi dalam kenyataannya melahirkan persoalan yang lain. Kehadiran new media, sebagai contoh, di samping melahirkan banyak kajian baru, pada tataran yang lain melahirkan kesulitan baru yang harus dijawab dan disiasati dengan cara yang baru pula. Aho (2005), dalam hal ini menengarai dua masalah penting yang terkait dengan hadirnya new media tadi, yaitu masalah sertifikasi dan program pendidikan yang applicable. Dua persoalan ini, perlu digarisbawahi, harus dipikirkan agar tidak menjadi persoalan laten yang kian bertumpuk ketika kemajuan teknologi komunikasi menjadi semakin kompleks.
Menurut Hans Jonas sebagaimana digambarkannya dalam buku The Imperative Responsibility: In Search of an Ethics for the Technological Age (1984: London), ada dua argumen mendasar mendasari keterkaitan teknologi dengan eksistensi manusia. Argumen pertama adalah posisi sentral manusia. Berbeda dengan Abad Pertengahan, di era modern eksistensi manusia menjadi pusat (antroposentris). Konsep bahwa manusia adalah subjek bagi dirinya sendiri diajarkan sebagai pandangan universal. Konsekuensi pemahaman itu ialah bahwa manusia menjadi penguasa atas dirinya dan alam semesta.
Paradigma antroposentris di atas menjadi pendorong bagi manusia modern untuk melakukan perubahan dalam segala aspek kehidupannya. Perubahan itu tidak saja berkaitan dengan paradigma berpikir, melainkan juga bersangkut-paut dengan pola hidup keseharian. Argumen kedua adalah kemajuan. Kemajuan merupakan ideologi manusia modern. Karena ideologi itu, manusia modern selalu berusaha untuk melawan status quo. Status quo dipandang sebagai musuh yang paling berbahaya karena menghambat kemajuan itu sendiri.
Dalam rangka mewujudkan kemajuan, teknologi memiliki peran penting. Jonas bahkan lebih jauh memperlihatkan bahwa teknologi sendiri merupakan simbol kemajuan yang paling dominan di era modern. Simbol-simbol itu terungkap dalam sarana-sarana yang digunakan. Ia bahkan melihat teknologi telah pula meningkatkan produktivitas yang sangat tinggi dalam bidang ekonomi global. Bagi konsumen teknologi telah membawa mimpi-mimpi baru, yakni mimpi untuk menikmati kehidupan yang lebih menyenangkan. Akan tetapi, ada dua masalah yang harus dicairkan dan mendapat respons. Pertama masalah dana yang harus disediakan. Apakah dana yang tersedia cukup untuk pengadaan peralatan ini, andai kata tiap-tiap sekolah musti dilengkapi dengan peralatan ini? Kedua, sejauh mana media yang diperlukan dapat disediakan? Ini sebenarnya masalah perencanaan dan pengambil keputusan akhir, sebab ia akan menyangkut pula masalah kebijaksanaan.
Sementara itu, timbul lagi pertanyaan lain, mengingat bahwa pemanfaatan media teknologi komunikasi telah menjadi bagian dalam sistem pendidikan nasional Indonesia, maka pembangunan pusat-pusat media secara menyeluruh merupakan suatu keharusan. Masalahnya sekarang, sejauh mana dana yang dapat disediakan untuk ini? Lantas, apakah pemerintah sendiri yang harus menanggungnya atau sama-sama memikulnya dengan masyarakat? Meskipun dana pendidikan yang dikucurkan pemerintah tidak menyentuh angka 20 persen sesuai dengan anggaran yang dijanjikan. Dengan adanya media instruksional apakah peran guru dapat dihilangkan? Tentu saja tidak. Dalam kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang, sebenarnya bila kita tetap berpegang teguh pada sistem konvensional sedangkan tuntutan pendidikan itu makin bertambah, maka tidaklah mungkin guru mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana dibebankan ke pundaknya. Maka dengan adanya media instruksional ini bisa jadi beban guru terbantu.
Kemudian, menjadi pemikiran kita pula dengan adanya lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengadaan media yang diperlukan, maka mau tak mau sekolah-sekolah yang ada harus pula mempunyai semacam “ruang media”. Ini merupakan konsekuensi logis, sebab saat sekarang dan masa yang akan datang, peran media instruksional ini akan bergulir seiring bersama dengan tatap muka dalam mengembangkan dunia pendidikan.Konsekuensi yang akan terjadi adalah pergeseran nilai-nilai kuliah yang tadinya sangat rigid & harus diambil di universitas lokal menjadi terbuka untuk diambil dari universitas lain di dunia.
Dampak Negatif Pada Moral Masyarakat
Faktor utama dalam Pendidikan jarak jauh secara online yang dikenal sebagai distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Ideologi kemajuan tidak terlepas dari masalah moral. Sekurang-kurangnya tiga masalah moral mendasar yang muncul dalam ideologi ini.
Pertama, ketidakadilan sosial. Tidak semua orang bisa dan mampu bersentuhan langsung dengan teknologi canggih. Dengan kata lain, hanya segelintir orang yang mampu menggunakan teknologi. Dampaknya, hasil-hasil teknologi juga hanya dapat dinikmati segelintir orang. Lebih lagi orang-orang seperti itu sering kali menggunakan teknologi sebagai alat untuk menguasai kelompok yang tidak memiliki akses terhadap teknologi. Dampaknya, jurang antara orang yang memiliki akses dengan teknologi dan orang yang sama sekali tidak memiliki akses, sangat dalam. Di sini justru terjadi ketidakadilan sosial. Dengan demikian teknologi berperan pula menimbulkan kesenjangan sosial.
Kedua, bangkitnya sifat utopis. Ide kemajuan yang digaungkan teknologi telah menyebar ke seluruh dunia. Tetapi bagi sebagian besar manusia di belahan dunia ini, khususnya di negara-negara yang berkembang, ide kemajuan itu hanyalah utopia, sebuah angan-angan belaka. Mereka bahkan dikondisikan oleh teknologi untuk mengingkari realitas hidup yang sebenarnya.
Ketiga, potensi deviasi fungsi teknologi. Seperti dikatakan di atas, di satu sisi teknologi telah memperbaiki kehidupan manusia modern, pada sisi lain teknologi memungkinkan tindakan kejahatan semakin cepat dan meluas. Melalui penyalahgunaan teknologi hal itu sangat dimungkinkan. Dan fakta sejarah telah memperlihatkan itu. Kita ingat serangan 11 September 2001. Peristiwa terbaru adalah apa yang menimpa Wakapoldawiltabes Semarang, Lilik Poerwanto. Ia telah menjadi korban dari penyalahgunaan teknologi (baca: senjata).
Pertanyaan lebih lanjut, bagaimana meminimalkan dampak negatif dari teknologi sendiri? Menjawab pertanyaan ini kata yang paling tepat adalah bangkitnya tanggung jawab moral dalam pengunaan teknologi. Ranah kebangkitan tanggung jawab moral ini dimungkinkan oleh tiga hal.
Pertama, kesadaran yang terus-menerus akan sifat dan ciri teknologi itu sendiri. Teknologi hanyalah alat, bukan menjadi tuan bagi manusia. Sebagai alat ia memiliki keterbatasan. Justru karena keterbatasan itulah kepedulian terhadapnya sangat diperlukan. Kesadaran yang besar di kalangan orang-orang yang dekat dan bersentuhan dengan penggunaan teknologi akan mampu mengurangi dampak destruktif dari teknologi bagi keselamatan manusia yang menggunakannya.
Menurut hemat penulis, tuntutan itu terutama sangat diharapkan terealisasi dalam penggunaan sarana- sarana transportasi, karena bidang ini sangat terkait dengan kepentingan publik. Sebagai instrumen kepentingan publik, ia bersentuhan dengan jumlah manusia yang tidak sedikit. Nyawa manusia pengguna transportasi hanya bisa dijamin kalau pihak-pihak yang terkait langsung dengan teknologi entah sebagai penyedia jasa atau teknisi menyadari keterbatasan teknologi itu sendiri.
Kedua, terkait dengan butir di atas, tanggung jawab moral juga terungkap dalam hal maksimalisasi hasil pekerjaan. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mampu bekerja secara maksimal dan konsisten dengan aturan yang sudah ditetapkan. Dalam penggunaan teknologi, hal ini juga berlaku. Apalagi dalam penggunaan teknologi, aturan sangatlah penting. Pelanggaran terhadap peraturan justru akan menempatkan teknologi sebagai sarana pembunuh bagi manusia. Ini harus dihindari.
Ketiga, dampak dalam penggunaan teknologi. Tanggung jawab moral dalam penggunaan teknologi tidak saja pada perawatan terus- menerus dan maksimalisasi kegunaannya, tetapi juga pada dampak negatif yang diakibatkan dalam penggunaannya. Itu berarti ketika teknologi menyebabkan kecelakaan bagi penggunanya, maka di situ dituntut tanggung jawab, yakni keberanian untuk menanggung seluruh akibat negatif yang ditimbulkan terhadap korban.
Sikap saling menyalahkan atau mengeluarkan pernyataan apologetik dalam menyikapi kejadian adalah cermin dari sikap orang yang tidak bertanggung jawab. Tiga hal di atas sangat diperlukan untuk meminimalkan angka kecelakaan alat transportasi yang semakin marak belakangan ini. Sekilas kita membaca niat pemerintah untuk mendata identitas para pengguna internet di Indonesia sebagai langkah kembali ke masa Orde Baru yang tidak demokratis, mengabaikan sama sekali prinsip presume of innocent. Keterbukaan dan kebebasan yang sekarang dinikmati setelah diberlakukannya reformasi terasa diinjak. Tanpa berpikir lebih dalam, lebih luas, dan lebih strategis, seenaknya dibuat peraturan mengekang esensi reformasi serta melempar para pengguna kemajuan teknologi komunikasi informasi kembali ke zaman batu.
Ada yang salah dalam rancangan peraturan Menkominfo tentang pengamanan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet. Banyak pengertian yang rancu dan bertentangan dengan asas kebebasan ketika pemerintah mewajibkan operator penyedia akses jaringan internet untuk membuat rekaman transaksi penggunaan jaringan internet. Cara-cara mengamankan jaringan internet mengingatkan kembali pada negara mata-mata, mengawasi tindak tanduk warga negaranya tanpa lagi memperhatikan asas hukum yang berlaku. Selama delapan tahun kita berusaha keras untuk meninggalkan cara-cara non-demokratis dengan segala konsekuensinya. Kemajuan teknologi komunikasi informasi mengajarkan pada kita tentang prinsip kebebasan tersebut. Secara cepat informasi bisa memberikan manfaat bagi kehidupan produktivitas bangsa, walaupun banyak insiden keamanan terhadap informasi terjadi dengan pesatnya perkembangan di dunia maya.
Lambatnya perkembangan teknologi komunikasi informasi di negara ini antara lain disebabkan karena campur tangan pemerintah yang tidak perlu dan tidak melihat kemajuan teknologi komunikasi informasi dalam konteks yang lebih besar, menyeluruh, dan strategis ke masa depan. Pencegahan terhadap terjadinya insiden keamanan informasi bukan dilakukan dengan menutup seluruh asas kebebasan yang harus diterima sebagai konsekuensi logis kehadiran dan kemajuan teknologi komunikasi informasi. Asas praduga tak bersalah harus tetap menjadi pegangan prinsipiil bagi kita semua. Diperlukan pengaturan yang lebih tinggi berbentuk undang-undang, bukan peraturan menteri, untuk menata strategi penggunaan teknologi komunikasi informasi di negara ini. Lalu lintas internet dan informasi tidak bisa dimonitor seenaknya. Kejahatan dan lalu lintas informasi tidak saling berkaitan. Yang jahat adalah penggunanya, bukan kemajuan teknologi komunikasi informasi yang secara esensial harus memberikan sebuah tingkatan kehidupan yang lebih baik bagi penggunanya.
Hal yang tetap perlu ditekankan, segala bentuk perkembangan itu hanya akan bermakna bila dapat mendukung kehidupan manusia secara positif. Oleh karena itu kehadiran new media perlu dipandang sebagai peluang luas untuk menguji muatan perkembangan komunikasi di masa kini. Dalam hal ini new media bisa ditempatkan dalam pelayanannya, sesuai perkembangan yang pernah terjadi, kepada pemerintah, dunia industri, publik dan akademik.

0 komentar:

Posting Komentar